“Indonesia ga butuh orang pintar, Indonesia ga butuh orang
hebat, indonesia ga butuh orang kaya, tapi Indonesia butuh orang yang punya
hati. Percuma lo hebat, pinter, tapi eksploitasi bangsa sendiri.” -Yansen.
Akhir-akhir ini hari-hari gue banyak diisi dengan
perenungan. Tentang apa itu hidup, tentang apa itu tujuan dari hidup, tentang
alasan kenapa kita hidup, dan tentang banyak hal yang berhubungan dengan hidup
lainnya. Beberapa orang bilang ini normal, “maklum lagi di fase pancaroba” kata
mereka.
Layaknya manusia kebanyakan yang (hampir) meng-khatam-kan
salah satu fase hidupnya, gue mulai meraba samar-samar tentang apa yang akan
gue lakukan di depan nanti setelah ini. jenis ‘rabaan’ yang gue lakukan
beragam, mulai dari baca buku, nonton video, diskusi sama orang, nanya ke orang
randomly, sampai meminta petunjuk
dari Yang Maha Kuasa. Subhanallah.
Salah satunya seperti hari ini. Hari ini, setelah
menyelesaikan satu bab dari buku A
Compass to Fulfillment dari Kazuo Inamori, gue berencana buat menyelesaikan
beberapa tugas yang belum usai dari dosbing tercinta. Dalam perjalanannya
mengerjakan tugas itu, gue iseng-iseng ngebuka beberapa folder di laptop. Siapa
tau nemu MV SNSD yang lupa di-delete kan.
Sampai pada akhirnya gue sampai pada folder yang berisikan file-file rekaman
hasil wawancara waktu masih di Boulevard dulu.
Dengan bermotif iseng lagi, gue play lah salah satu rekaman
yang berisikan wawancara sama Yansen Kamto, CEO Kibar. Salah satu orang yang
mungkin akan terbayang ketika lo ngomongin tentang dunia start-up di Indonesia.
Waktu itu kalo ga salah kita wawancara doi soalnya lagi mau ngebahas tentang
mata kuliah Tech-based Business hasil kerjasama antara Kibar sama salah satu
fakultas di kampus.
Dengerin rekaman wawancara ini kayak lagi dengerin seminar
motivasi banget. Ga salah gue milih buat nge-play rekaman yang satu ini. di
rekaman ini kita ga cuma ngobrol tentang topik wawancara kita hari itu aja,
tapi lebih banyak lagi yang kita bahas. Mulai dari kenapa dia nyiptain Kibar
sampe pendapat dia kenapa Indonesia ga maju-maju.
Yansen, di awal percakapan kita, membahas tentang visi.
Sebuah tujuan yang mendasari seseorang
untuk melakukan sesuatu. Visi ini
menurut Yansen haruslah yang memiliki tujuan yang jelas, dan merupakan suatu
upaya menuju penyelesaian masalah yang ada di masyarakat. Untuk Yansen sendiri,
visi dirinya tergambar jelas dalam filosofi penamaan perusahaan yang ia bentuk,
PT Kibar Kreasi Indonesia, yang secara umum memiliki tujuan untuk mengibarkan
kreasi-kreasi yang ada di Indonesia.
“Menurut gue satu-satunya jalan semua orang bisa makan
adalah dengan semua orang bisa kerja. Semua orang bisa kerja kalo cukup
lapangan kerja. Cukup lapangan kerja kalo banyak yang menciptakan lapangan
kerja. Jadi gue harus menciptakan lebih banyak entrepreneur. Kita (Kibar)
bermain di porsi ingin mengibarkan mereka.” Ujar Yansen menjelaskan tentang
mengapa ia membentuk Kibar.
Yansen kemudian menyampaikan pandangannya tentang kampus
ITB, “Buat gua di ITB itu banyak orang hebat, tapi kadang jalurnya salah. Buat
gua di ITB itu banyak menciptakan tukang. Kalian tulis ya, ITB banyak
menciptakan tukang. Sekalian biar kalian semua marah ke gue. Marah dong
dikatain gitu. Yaudah kalo gitu buktiin ke gue kalo ITB bukan cuma bikin
tukang. Buktiin ke gue berapa banyak yang jadi entrepreneur.”
“Gue percaya ITB adalah gudangnya orang-orang hebat
Indonesia, gudangnya anak-anak pintar. Tapi apa jadinya kalo Institusi ini
hanya menciptakan tukang.” Tambahnya lagi.
Kaget dong denger yang kayak gitu. Gue aja juga kaget waktu
wawancara, serasa disemprot langsung di muka gitu dikatain sama orang lain.
sampe nelen ludah berkali-kali waktu denger itu, apalagi waktu itu lagi bulan
puasa, jadi keterusan nelen ludahnya *eh*. Tapi setelah gue pikir-pikir ga
salah juga sih omongan si Yansen. Karena memang ga gampang buat jadi seorang
entrepreneur. Yansen sendiri pun mengakui itu.
“Being an entrepreneur is a lonely way” ujarnya. Nah, untuk itulah
dia bikin Kibar ini. Dia ingin mengembangkan suatu ekosistem untuk
memfasilitasi orang-orang yang ingin terjun di dunia entrepreneur, khususnya
yang berbasis teknologi. Ekosistem ini terdiri dari beberapa bagian, seperti
Ziliun.com yang merupakan portal berisikan artikel-artikel yang menceritakan
mindset bagaimana dan mengapa para pengusaha memulai usahanya. Dengan tajuk
berupa ‘rombak pola pikir’ ziliun.com menyajikan kisah-kisah yang menstimulasi
pembacanya untuk berani merombak pola pikirnya selama ini.
Selain itu, ada juga komunitas-komunitas yang merupakan
bagian dari ekosistem yang dikembangkan Kibar seperti Google Development Group
atau biasa dikenal dengan GDG, sampai FemaleDev yang memfasilitasi para wanita
untuk mengembangkan kemampuannya di bidang coding.
Dia percaya bahwa orang Indonesia sebenarnya hebat-hebat.
Orang Indonesia mampu melakukan banyak hal. “Kalian tau, orang Indonesia itu
hebat, bisa bikin Monas, bikin GI, atau GBK yang kapasitasnya sempe 80 ribu
orang. Kalian tau siapa yang bikin itu, itu tukang batunya orang Indonesia.
Tapi kenapa kontraktornya orang luar. Kenapa kayak gitu, karena orang-orang
Indonesia belum banyak yang punya mindset untuk itu.”
Nah luar biasa kan, jadi sebenarnya kita itu semua orang
hebat, tinggal kitanya aja mau apa enggak buat jadi orang hebat yang punya hati.
Karena hebat itu dimulai dari mindset
kita sendiri.