Pages

Cerpen: Sesekali berhenti, untuk mengambil jeda.




Sore itu Kota Bandung tampak sedang manja dengan suasana langit yang temaram. Tampak gelap, walau seharusnya belum saatnya kegelapan itu menampakkan dirinya.

“Tapi ga segampang itu Dy,” kataku sambil mencoba memberikan penolakan.

“Mungkin iya lo gampang bilang gitu. Iya, soalnya lo ga ngerasain sendiri. Tapi coba deh lo ada di posisi gue, coba lo bayangin ada di tengah-tengah ini semua. Lo ga bakal bisa mikir kayak gitu.” Tambahku berusaha membuat pembenaran. Pembenaran akan penolakanku atas saran yang baru saja dilontarkannya.

“Ya sih emang, Gue ga ngerasain secara langsung. Tapi percayalah, gue udah tau kemana cerita kayak gini bakal bermuara. Gue udah sering liat yang kayak gini.” Dia menjawab, tak mau sarannya dimentahkan begitu saja.

“Gue udah sering ngeliat yang kayak gini, akhirnya ga bakal baik.
You should stop and leave it.
                Go on another path of your life.
                Trust me, you will thank me in the future.” Dia menambahkan.

Aku mencari jeda dengan menyeruput minuman hangat yang terbuat dari dark chocolate 65% di hadapanku. Mencari waktu istirahat untuk berpikir jauh, lebih jauh lagi ke depan. Jauh, mencoba melampaui jauhnya beberapa pikiran yang pernah kulakukan.

Angkot hijau oren beberapa kali melintas menyapu jalan, sesekali ada yang berhenti menaikkan atau menurunkan penumpang.

“Ah, memang hidup harus sesekali berhenti. Untuk mengambil jeda, untuk menambah perbekalan dalam menghadapi perjalanan yang makin panjang.” Besitku dalam hati.

Seperti angkutan kota yang harus beberapa kali berhenti untuk menaikkan penumpang, seperti itulah hidup. Harus sesekali berhenti untuk menambah bekal atau menurunkan beban, sebelum kita kembali melanjutkan perjalanan yang ada. 

Tapi, tidak seperti angkutan kota yang jalurnya sudah pasti dan tetap, hidup tidak begitu adanya. Kita kadang diharuskan untuk memilih beberapa jalan untuk mencapai tujuan akhir kita. Kadang pula jalan yang kita pilih mengharuskan kita mengubah tujuan akhir perjalanan kita. Ya, itulah beda hidup dan angkutan kota.