Rabu, 21 Agustus 2013
angin
Mungkin kadang acuh, tapi sesekali menatap. Kembali acuh, lalu kembali menatap. Banyak prasangka yang muncul. Namun, yang terburuk lah yang terpilih. Padahal tidak selalu yang terburuk yang terjadi. Bisa saja kita mendapat yang terbaik. Mungkin ini akan sama seperti sebelum-sebelumnya. Berakhir dengan sebuah penyesalan. Tapi apa mau dikata, inilah diriku, jiwa kerdil yang hanya bisa meratap. Meratap memandangi langit, tapi tak berani sedikit pun mencoba tuk menjamahnya. Biarkanlah angin itu bertiup. Membelai surai-surai itu yang kini telah tiada. Biarkanlah angin membelai sedikit gurat yang kadang kala muncul. Sudahlah, langit tidak akan pernah bersahabat denganmu, apalagi angin.