Dulu, waktu
gue masih ada di taman kanak-kanak semuanya berjalan begitu indah. Hidup yang
gue jalanin penuh dengan imajinasi, temen-temen gue pun begitu. Kita semua
memiliki dunia imajinasi yang besar. Kita tidak taku berandai-andai. Kita tidak
takut bermimpi sesuatu yang besar. Kami pernah menyebutkan mimpi kami
lantang-lantang di atas perosotan yang ada di halaman depan tk kami.
“Aku mau
jadi superman!”
“Aku mau
jadi pembalap!”
“Aku mau
jadi astronot!”
“Aku mau
jadi dokter!”
Saat kami
semua telah mengucapkan cita-citanya, lalu kami merosot kebawah, menikmati
landainya perosotan itu sambil berteriak-teriak kegirangan. Indah bukan.
Sekarang seperti
inilah keadaan anak yang pernah berteriak lantang bahwa dirinya ingin menjadi
seorang astronot. Aneh. Entah seperti apa teman-temannya yang lain yang saat
itu bersama dia berteriak dengan lantang tentang mimpinya.
Dulu, kami
bisa banyak bertanya. Kami bertanya tentang apa pun pada siapa saja. Selalu ramai
jika diajak pergi ke berbagai tempat, bertanya ini-itu tidak ada habisnya.
Itulah proses
kami belajar.
Saat mereka
menginjak sekolah dasar, mereka mulai melupakan mimpi-mimpi mereka. Mereka masuk
kedalam kesibukan akademik yang katanya berguna untuk kehidupan mereka kelak. Mereka
mulai diajarkan baca dan tulis. Kini mereka tahu nama-nama merek coklat
kesukaan mereka, kini mereka bisa menghitung berapa uang yang harus dibayar
jika membeli dua buah permen di kantin sekolah. Padahal sebelumnya, mereka
hanya tahu coklat berwarna merah itu coklat enak, mereka hanya perlu merengek
pada orang tuanya untuk dibelikan permen sepulang dari taman kanak-kanak.
Menginjak kelas
4 kelas 5, mereka mulai berubah. Kini mereka mulai tertarik pada lawan jenis. Berusaha
tampil menarik di berbagai kesempatan. Pernah suatu hari, karena ingin terlihat
menarik, anak dengan cita-cita menjadi astronot ini memakai shampo sebagai
minyak rambut! Mungkin karena saat itu dia meniruka iklan minyak rambut di tivi
namun apa daya dia tidak memiliki minyak rambut. Memang usahanya berhasil,
namun saat hari hujan bisa dibayangkan, rambutnya berbusa. Hahaha, dasar kau
astronot kecil…
Kejadian itu
sepertinya membuat dirinya kapok. Dia tidak lagi menggunakan shampoo sebagai
minyak rambut. Karena dia kini menemukan sesuatu hal yang bisa membuat
rambutnya terlihat keren seperti iklan minyak rambut di tivi. Sesuatu itu
adalah air! Setiap ada waktu dia selalu membasahi rambutnya kemudian menatanya
dengan jari jemarinya yang kecil. Ternyata kegiatan itni telah lebih dahulu
dilakukan teman-temannya. Dia pun terinspirasi dari mereka. Bisa dibayangkan,
pada saat istirahat toilet laki-laki penuh oleh anak-anak bau kencur yang mau
terlihat dewasa ini. Mereka membasahi rambut lalu menatanya, keluar dari toilet
bak peragawan busana terkenal. Dasar anak-anak..
Banyak permainan
yang mereka kenal di sekolah dasar. Berbagai permainan, baik yang mahal maupun
yang murah, bahkan gratis. Permainan ini menyita sedikit banyak perhatian
mereka. Permainan yang mengasah otak, maupun permainan yang mengasah tenaga. Banyak
sekali jenisnya. Si astronot kecil lebih menyukai permainan yang dapat
dilakukan dengan banyak orang. Dia lebih suka menjadi perusuh diantara
kerumunan teman-temannya yang bermain bola. Dia tidak bisa bermain bola. Hanya saja
dia berlari sepanjang pertandingan , berlari kesana-kemari mengikuti kemana
arah bola pergi, sesekali ia berteriak-teriak meminta operan, walau saat dia
dapat operan dia buru-buru memberikannya kepada temannya yang lain. Tapi ia
cukup puas dengan semua itu, berkeringat bersama sambil menyeruput es sirop
yang dibelinya di kantin sehabis pertandingan. Tidak peduli menang atau kalah,
mereka tetap gembira.
Ah cerita
ini terlalu menarik untuk diselesaikan. Mungkin lain waktu si astronot kecil
akan muncul lagi. Jadi tunggu saja J