Pages

Sabtu, 21 September 2013

astronot kecil

Dulu, waktu gue masih ada di taman kanak-kanak semuanya berjalan begitu indah. Hidup yang gue jalanin penuh dengan imajinasi, temen-temen gue pun begitu. Kita semua memiliki dunia imajinasi yang besar. Kita tidak taku berandai-andai. Kita tidak takut bermimpi sesuatu yang besar. Kami pernah menyebutkan mimpi kami lantang-lantang di atas perosotan yang ada di halaman depan tk kami.
“Aku mau jadi superman!”
“Aku mau jadi pembalap!” 
“Aku mau jadi astronot!”
“Aku mau jadi dokter!”
Saat kami semua telah mengucapkan cita-citanya, lalu kami merosot kebawah, menikmati landainya perosotan itu sambil berteriak-teriak kegirangan. Indah bukan.
Sekarang seperti inilah keadaan anak yang pernah berteriak lantang bahwa dirinya ingin menjadi seorang astronot. Aneh. Entah seperti apa teman-temannya yang lain yang saat itu bersama dia berteriak dengan lantang tentang mimpinya.
Dulu, kami bisa banyak bertanya. Kami bertanya tentang apa pun pada siapa saja. Selalu ramai jika diajak pergi ke berbagai tempat, bertanya ini-itu tidak ada habisnya.
Itulah proses kami belajar.
Saat mereka menginjak sekolah dasar, mereka mulai melupakan mimpi-mimpi mereka. Mereka masuk kedalam kesibukan akademik yang katanya berguna untuk kehidupan mereka kelak. Mereka mulai diajarkan baca dan tulis. Kini mereka tahu nama-nama merek coklat kesukaan mereka, kini mereka bisa menghitung berapa uang yang harus dibayar jika membeli dua buah permen di kantin sekolah. Padahal sebelumnya, mereka hanya tahu coklat berwarna merah itu coklat enak, mereka hanya perlu merengek pada orang tuanya untuk dibelikan permen sepulang dari taman kanak-kanak.
Menginjak kelas 4 kelas 5, mereka mulai berubah. Kini mereka mulai tertarik pada lawan jenis. Berusaha tampil menarik di berbagai kesempatan. Pernah suatu hari, karena ingin terlihat menarik, anak dengan cita-cita menjadi astronot ini memakai shampo sebagai minyak rambut! Mungkin karena saat itu dia meniruka iklan minyak rambut di tivi namun apa daya dia tidak memiliki minyak rambut. Memang usahanya berhasil, namun saat hari hujan bisa dibayangkan, rambutnya berbusa. Hahaha, dasar kau astronot kecil…
Kejadian itu sepertinya membuat dirinya kapok. Dia tidak lagi menggunakan shampoo sebagai minyak rambut. Karena dia kini menemukan sesuatu hal yang bisa membuat rambutnya terlihat keren seperti iklan minyak rambut di tivi. Sesuatu itu adalah air! Setiap ada waktu dia selalu membasahi rambutnya kemudian menatanya dengan jari jemarinya yang kecil. Ternyata kegiatan itni telah lebih dahulu dilakukan teman-temannya. Dia pun terinspirasi dari mereka. Bisa dibayangkan, pada saat istirahat toilet laki-laki penuh oleh anak-anak bau kencur yang mau terlihat dewasa ini. Mereka membasahi rambut lalu menatanya, keluar dari toilet bak peragawan busana terkenal. Dasar anak-anak..
Banyak permainan yang mereka kenal di sekolah dasar. Berbagai permainan, baik yang mahal maupun yang murah, bahkan gratis. Permainan ini menyita sedikit banyak perhatian mereka. Permainan yang mengasah otak, maupun permainan yang mengasah tenaga. Banyak sekali jenisnya. Si astronot kecil lebih menyukai permainan yang dapat dilakukan dengan banyak orang. Dia lebih suka menjadi perusuh diantara kerumunan teman-temannya yang bermain bola. Dia tidak bisa bermain bola. Hanya saja dia berlari sepanjang pertandingan , berlari kesana-kemari mengikuti kemana arah bola pergi, sesekali ia berteriak-teriak meminta operan, walau saat dia dapat operan dia buru-buru memberikannya kepada temannya yang lain. Tapi ia cukup puas dengan semua itu, berkeringat bersama sambil menyeruput es sirop yang dibelinya di kantin sehabis pertandingan. Tidak peduli menang atau kalah, mereka tetap gembira.  


Ah cerita ini terlalu menarik untuk diselesaikan. Mungkin lain waktu si astronot kecil akan muncul lagi. Jadi tunggu saja J