Pages

GELITIKAN DARI MASSA (UNIT) KAMPUS ITB


Minggu, 17 Agustus 2014. Forum massa untuk menguji kesiapan calon panitia OSKM 2014 oleh massa kampus.

                Seorang wanita mengacungkan tangannya, menginterupsi moderator untuk meminta kesempatan berbicara. Awal mulanya moderator mempersilakan, akan tetapi ketika sang moderator mengetahui bahwa si wanita bukanlah perwakilan dari himpunan massa jurusan, moderator tidak mengijinkan wanita itu berbicara. Moderator menolak permintaan wanita tersebut untuk berbicara dengan dalih bahwa telah ada peraturan awal dari forum yang menyebutkan bahwa yang berhak berbicara dalam forum itu hanyalah perwakilan-perwakilan dari himpunan mahasiswa jurusan. Namun, setelah beberapa saat dan dengan persetujuan dari massa kampus yang notabene merupakan massa dari tiap HMJ memberikan restu agar wanita tersebut mendapat kesempatan berbicara, ia mulai berbicara.
                
              Memperkenalkan dirinya sebagai massa dari sunken court, basis sekretariat unit-unit kegiatan mahasiswa. Ia mempertanyakan, jika memang acara malam itu adalah forum massa, mengapa dirinya dan teman-temannya yang berasal dari unit kegiatan mahasiswa tidak diundang untuk menghadiri forum itu. Hanya beberapa detik dia berbicara, tapi mungkin itu adalah luapan dari rasa penasaran akan perlakuan yang diterima teman-teman dari berbagai macam unit kegiatan mahasiswa.



                Saya mencoba berpikir positif dengan menduga bahwa panitia pelaksana forum massa itu lupa untuk mengundang massa kampus yang berasal dari unit. Mungkin. Akan tetapi jika ditilik kebelakang, perlakuan seperti ini bukanlah hanya sekali dua kali diterima massa unit. Saya akan menjabarkan beberapa yang saya ketahui. Mungkin bisa saja apa yang saya paparkan salah. Akan tetapi saya tetap berusaha semaksimal mungkin menyampaikan apa yang saya ketahui.


                Mundur kebelakang saat pemilihan raya presiden KM ITB, mungkin bulan Maret-April. Seperti layaknya pemira yang telah berlangsung dari tahun-tahun sebelumnya, ada agenda berupa hearing, semacam unjuk dengar untuk menguji kelayakan visi-misi para calon K3M. Selain itu, unjuk dengar bertujuan untuk melakukan pencerdasan bagi massa kampus agar dapat menentukan pilihan saat voting dilakukan. Namun ada yang berbeda dengan unjuk dengar calon ketua keluarga mahasiswa ITB di tahun ini. Unjuk dengar tetap dilaksanakan dengan menggunakan sistem zona untuk tiap-tiap wilayah HMJ. HMJ yang tergabung dalam setiap zona memiliki hak dan kewajiban untuk menghadiri unjuk dengar di wilayah tersebut.


                 Yang berbeda dari pemira tahun sebelumnya adalah tidak adanya unjuk dengar untuk wilayah sunken court. Pada tahun sebelumnya, unjuk dengar zona sunken court diadakan untuk memfasilitasi massa kampus yang berasal dari unit kegiatan mahasiswa untuk terlibat dalam menentukan K3M. Panitia pemira 2014 mengungkapkan bahwa tidak adanya unjuk dengar zona sunken court adalah setelah adanya pertimbangan waktu yang sempit. Kalau tidak salah aka nada ujian tengah semester kala itu. Walaupun pada akhirnya massa unit berhasil mengadakan unjuk dengar by request, sikap awal panitia pemira yang tidak mengadakan unjuk dengar bagi massa unit cukup patut dipertanyakan.


                Memang benar bahwa massa kampus yang berasal dari unit dapat mengikuti unjuk dengar di zona-zona lain yang telah disediakan sebelumnya, akan tetapi rasa-rasanya ada yang kurang dengan tidak adanya unjuk dengar di ‘rumah’ unit-unit kegiatan mahasiswa. Atau bisa juga panitia berasumsi bahwa massa unit adalah massa himpunan juga, sehingga setidaknya mereka bisa ikut hadir unjuk dengar di zona himpunan mereka. Tidak salah, tapi belum tentu benar. Mengapa? Karena tidak sepenuhnya massa unit yang ada  memiliki status juga sebagai massa himpunan. Mungkin akibat satu dan lain hal mereka hanya terdaftar sebagai massa unit saja.


                Mundur lagi kebelakang. Saat penyambutan mahasiswa baru 2013 pada OSKM 2013. Berdasarkan hasil forum sosialisasi dikatakan bahwa hanya massa kampus yang berasal dari HMJ yang akan menyambut mahasiswa baru. Padahal saat itu tujuan dari acara penyambutan tersebut adalah untuk menunjukkan warna-warni kampus ganesha. Oh iya saya lupa, mungkin warna-warni kampus ganesha sudah cukup diwakili oleh massa himpunan dengan jaket himpunan mereka yang berwarna-warni. Massa unit? Hanya beberapa yang memiliki jaket unit, itu pun kadang hanya unit-unit yang memiliki basis massa lumayan besar. Yang lain? Cukuplah dengan kaos, atau jika tidak ada, stiker-stiker bergambar logo unit juga sudah cukup.


“Karena identitas kami ada pada karya kami. Bukan pada penampilan kami.”  Entah sekadar pembenaran atau kalimat sungguh-sungguh yang keluar dari hati.




                Dengan tetap berusaha untuk berpikiran positif, muncul pertanyaan dari benak saya yang masih awam di bidang kemahasiswaan terpusat.

“Mengapa kami yang berasal dari unit serasa dianak-tirikan?”


Mungkin karena kami tidak memiliki bargaining position yang kuat jika dibandingkan dengan HMJ, mungkin.
Mungkin karena kegiatan-kegiatan semacam itu bukanlah porsi kami, kami tidak memiliki kapasitas untuk mengikuti kegiatan semacam itu, mungkin.
Mungkin karena kami tidak memiliki struktur organisasi seformal dan sebaku HMJ, mungkin.
Mungkin karena kami hanya tempat mahasiswa melakukan hobi, meluapkan rasa, menciptakan karya, mungkin.
Mungkin karena kami tidak memiliki senator-senator yang kedudukannya berada diatas kabinet KM ITB, mungkin.
Mungkin karena jumlah unit yang terlampau banyak, sehingga akan repot jika harus melakukan orasi pelangi, mungkin. (Toh tidak perlu lah kami berorasi, cukup dengan diundang saja kami sudah senang)
Mungkin karena kami jarang bahkan tidak pernah melakukan kegiatan yang berazaskan tri dharma perguruan tinggi. Mungkin.
Mungkin karena kami sudah dicap apatis akan kegiatan kemahasiswaan, mungkin.
Dan beberapa kemungkinan-kemungkinan yang lain yang mungkin ada…




Oleh: Anas Zakaria, Boulevard ITB