Agar.
“Agar pada dirimu muncul rasa-rasa kepedulian.
Agar pada dirimu muncul rasa untuk rela
berkorban.
Agar dari dirimu muncul rasa ingin membantu sesama.
Agar pada dirimu muncul rasa senasib
sepenanggungan.”
Menumbuhkan
rasa kepedulian. Ya rasa peduli. Sebuah rasa tentang saya yang merasa sakit
ketika anda atau dia yang terluka. Susah? Tidak juga. Hanya perlu dilatih sejak
dini, bagaimana caranya? Dengan selalu ingat untuk mengenang mereka yang ada di
bawah, jangan terlalu memaku pandangan kita ke atas. Karena tanpa kita sadari ketika kita terlalu
sering memandang keatas, hati kita akan menjadi keras. Hati yang keras adalah
ketika hati tidak lagi bergetar melihat kepiluan hidup yang dialami oleh orang
bawah. Ketika menganggap hidup mereka yang dibawah adalah buah kemalasan
mereka. Ketika merasa kepiluan adalah suatu yang lumrah dalam hidup, harus ada
yang di atas dan ada yang di bawah.
Ketika anda telah mulai menunjukkan gejala
pemikiran seperti ini, waspadalah. Karena mungkin saja hatimu sedang mengeras.
Membatu dari rasa kepedulian pada sesama. Mengabaikan hak hidup dari setiap
orang. Benar jika ada yang diatas dan ada yang di bawah, namun hal ini
konteksnya hanya dalam ekonomi. Ketika kita membicarakan tentang kemanusiaan,
selayaknya semua bagian memiliki kedudukan yang sama. Sama-sama layak untuk
diperlakukan seperti manusia. Bukan untuk direndahkan atau ditinggikan
derajatnya. Memang bahwa atas dan bawah akan menciptakan suatu kesetimbangan,
akan tetapi kesetimbangan dapat pula dicapai ketika semuanya berada di tengah
bukan?
Melatih
kepedulian dari sini. Ketika anda dan saya menutup laman ini, tekadkanlah untuk
setidaknya peduli pada apa yang disekitar kita. Cukup disekitar seperti
tetangga, orang yang ditemui di jalan, di kampus, di pasar, dan orang-orang
yang kita temui di tempat lain.
Perlahan
bisa kita tingkatkan range kepedulian kita. Menuju daerah yang lebih
luas. Satu kota, lalu satu provinsi, kemudian satu negara, dan seluruh dunia.
Bukankah indah jika setiap orang peduli terhadap nasib orang lain. Ada rasa
“satu tubuh” antara tiap-tiap orang. Meskipun kita tidak mengenalnya dari
namanya, tapi kita mengenalnya sebagai seorang manusia. Kepedulian tidak
memerlukan pemikiran yang panjang. Apalagi hitung-hitungan untung rugi. Karena
ketika kita telah diliputi rasa peduli,
semuanya akan berharga jauh lebih rendah daripada kemanusiaan.
Kepedulian
yang paling rendah menurut saya adalah empati. Karena kita hanya bisa membantu dengan
sedikit merasakannya di hati kita. Kepedulian yang lebih tinggi adalah ketika
kita berbuat. Tapi tak apa, karena empati bisa menjadi awal mula dari
segalanya. Ketika hati telah berempati, tubuh akan terdorong untuk melakukan
aksi. Berbuat atas dasar empati. Mungkin beberapa dari kita telah bisa
berempati. Tapi ketika akan melakukan aksi ,kita banyak mengalami hambatan,
entah waktu, daya, biaya, dan lain-lain. Akan mudah bagi orang yang terbiasa
berbuat baik kepada sesama untuk menolong seseorang yang membutuhkan. Tetapi
bagi orang yang tidak pernah menolong sesama, hal ini akan sangat sulit sekali.
Semacam
pembenaran terhadap Hukum Newton tentang kelebaman.
“Suatu
benda cenderung mempertahankan kondisi awalnya ketika diberi gaya.
Benda yang bergerak ketika diberi gaya maka ia
cenderung tetap memaksa untuk bergerak, menekan gaya yang menahannya.
Sebaliknya, ketika benda itu diam, ketika ia diberi gaya maka ia cenderung
tetap diam. Menahan dengan gaya-gaya lain yang bisa membuatnya tetap diam.”
Apakah saya
sudah termasuk orang yang peduli? Tidak, saya bahkan merasa saya adalah orang
yang hatinya sedang dalam proses pengerasan, mulai acuh pada nasib orang di
sekitar kita dan memnuhi kehidupan dengan sifat ke’AKU’an.
Oleh karena
itu saya menulis hal ini. Sebagai pengingat bagi diri saya sendiri, dan bagi
anda yang sudi menganggapnya pengingat.
--------------------
aduh maaf gue khilaf nulis tentang sifat yang harusnya hak perogatif tiap manusia. ampuni saya teman-teman :'((
sesuai janji gue kemaren, gue harus nulis nama orang yang berkesan buat gue di hari ini. dan orang yang berkesan buat gue hari ini adalah: Cica (alm.)
memang dia sudah tiada, beberapa hari yang lalu. tapi kisah tentang perjuangannya melawan sakit. kisah tentang dia yang selalu berbuat baik terhadap semua orang. juga kisah tentang menjelang wafatnya pun memberikan banyak pelajaran buat gue.
tidur yang tenang ya Ca, Allah sayang sama elu.