[foto diambil di bus kecil yang akan membawa kami dari kota demak ke kota tembalang. karena bisnya tidak kunjung jalan, kami memutuskan untuk turun dan menaiki bis yang lain. sebuah pilihan yang benar-benar keliru -red]
Berikut ketiga orang mahasiswa Bandung yang di akhir tahun
ini mencoba menemukan hal baru dalam hidupnya. Diurut dari kiri, Ada seorang
Capresma (Calon Presiden Mahasiswa) dari Telkom University yang tujuan mulianya
untuk mengabdi bagi umat terkendala satu dan lain hal. Sebut saja dia
capresgal. (ah, gagal lu jah). Kemudian yang kedua ada anak himpunan biru
langit yang katanya kerjanya di himpunan cuma haha-hihi doang, semangat banget
buat ikut lomba-lomba, dan calon antek korporat pastinya. Terus yang ketiga ada
anak strip tiga bakal calon IAIC-BDG #1 yang gabisa makan sayur dan buah. Yang terakhir
gue. Ga ada di foto lagi megang kamera.
Sebenernya gue gatau siapa yang ngerencanain trip kami ini,
tapi dari surat undangan yang dikasih sama
si orang pertama, katanya yang ngajak si orang ketiga. Oke, setelah beberapa
saat berpikir panjang, dan memutuskan untuk turut serta dalam perjalanan ini,
gue melakukan persiapan seadanya. Hari Rabu, sore hari kami berjanji untuk
bertemu di terminal Cicaheum, karena kami bakal naik bis ke Kota Semarang. Well,
kenapa naik bis? Karena tiket kereta udah pada abis tentunya. Maklum perjalanan
ini direncanakan mepet dari hari keberangkatan. Daripada ga berangkat, mending
naik bis kan.
Sepanjang perjalanan gue atau kami merasakan sesuatu yang
sama sekali berbeda dari pengalaman-pengalaman kami sebelumnya. Itu, bis malem
yang panjangnya kayak bis, bisa-bisanya ngebut di jalanan. Gila! Kacau banget. Kalau
kata si orang pertama yang sesekali terbangun dalam tidurnya, dia ngerasa bis
kita kurang lebih hampir nabrak sebanyak tiga kali. TIGA KALI. Jir, serem. Tapi
gue sih cuma ngerasain satu kali doang. SATU. Maklum, kalo udah tidur gue suka
terlalu khusyuk. Jadi gatau apa yang terjadi di luar sana.
Sekitar jam 9 bis kami berhenti, di sebuah rumah makan di
sebuah tempat yang cukup sepi. Sekedar saran, kalau kalian naik bis dan bisnya
berhenti di sebuah rumah makan yang jauh dari keramaian, perhatikan baik-baik
harga makanan disitu. Karena kalau tidak, kalian bakal dapat nasib yang sama
seperti yang kami alami. Percayalah.
Jam 4 pagi bis kami kembali berhenti. Gue kurang
memperhatikan pemberhentian kami yang kedua ini. Hanya sempat berjalan di
sekeliling sebentar kemudian bis melanjutkan perjalanan.
“Satu jam lagi
bangunin gue ya,” si orang kedua ngomong ke gue dan orang pertama.
“Yoi kalo gue bangun,”
“Ntar kita turun di Tembalang apa Simpang Lima?” orang
pertama bertanya.
“Tembalang sih yang lebih deket ke Undip,” orang pertama
menjawab.
Kemudian gue udah gainget apa-apa. Dan ketika bangun gue
dibilangin sama orang kedua kita kebablasan sampe ke kota demak (yang gue tau
dari salah satu marka di jalan). Keliatan sih kalo kita lagi menjauh dari kota
Semarang, keliatan dari jalanan yang ga seluas jalan sebelum-sebelumnya. Kebetulan
bis yang kami tumpangi bukan jurusan Bandung-Semarang, tapi Bandung-Porwodadi. Jadi
kalo kita berempat bangunnya lebih telat lagi, bakal sampe Purwodadi kayaknya. Gatau
itu dimana.
Untungnya, kita kebablasan ga jauh-jauh amat dari Kota
Semarang, jadi masih bisa lah kembali ke kota Semarang. Tapi ga mudah tentunya.
“Gue mah easy going orangnya,
liburan ke Purwodadi juga ayok,” kata orang ketiga. Yang katanya oke aja mau
jalan kemana.
“Bisa kelewatan sih kita?”
“Tadi tuh abangnya udah bilang Simpang Lima Bentar lagi,
terus gue tungguin sampe dia bilang tembalang, kan kita mau turun di Tembalang
kan. Eh gataunya di GPS makin ngejauh dari Semarang ini bisnya.” Kata orang
pertama.
yang kemudian kami ketahui kalau bis antar provinsi memang
tidak melalui kota Tembalang.
So, kalau pergi dalam perjalanan ada baiknya tidak meminum
ant*mo banyak-banyak, terus usahakan kelompok kalian bukan kumpulan orang
dengan tipe yang sama, sama-sama kebo. Bisa kebablasan kayak begini ntar.
[next: perjalanan kami berlanjut untuk menemukan cara ke Kota Tembalang]
[next: perjalanan kami berlanjut untuk menemukan cara ke Kota Tembalang]