Tanpa disadari, saat ini diriku berada dalam suatu lingkaran
setan ‘saling jegal’ yang terjadi di lingkungan yang disebut institusi
pendidikan. Suatu institusi yang seharusnya menjadi tempat dimana nilai-nilai
luhur selayaknya dijunjung, diamalkan, dan dihayati. Tapi mungkin itu semua
hanya harapan dari prasangka diriku terhadap institusi pendidikan. Prasangka
yang menyandingkan institusi ini layaknya sebuah utopis, ideal namun tidak
nyata.
Sungguh lucu, walau aku tidak pernah tergelak sebenarnya,
jika mendengar –karena aku tidak pernah melihat langsung- para pengampu
pendidikan di tempat ini saling cekcok satu sama lain. Yang satu merasa paling
benar, yang satu dengan kekuasaannya berusaha menjadi benar.
Keduanya salah menurut saya, bukannya saya berusaha untuk menjadi
yang paling benar.
Entah karena terlalu banyak termakan omongan salah satu
pihak, atau karena memang hanya bisa berinteraksi dengan salah satu pihak saja, aku jadi memiliki pandangan yang timpang sebelah. Sebuah penghakiman memang.
Bisa-bisanya pihak yang seharusnya menjadi bagian dari
semangat Tut Wuri Handayani yang
pertama kali didengungkan oleh Ki Hadjar Dewantara, justru menjadi pihak yang
menghalangi anak-anak didiknya membuka cakrawala ilmu yang baru.
“Tidak dipelajari,” itu alasan mereka melarang ini-itu.
Kita memang tidak mempelajarinya di kelas, tapi apakah
pelajaran hanya berlangsung di kelas?
Apakah mereka terlalu kolot sehingga hanya berpikir bahwa
pelajaran hanya berlangsung di kelas?
Jika adanya demikian, aku ingin sekali mengenalkan mereka
pada apa yang namanya internet
Memperkenalkan mereka pada apa yang namanya buku-buku
Memperkenalkan mereka pada apa yang namanya jurnal-jurnal
ilmiah
Lalu aku juga ingin memperkenalkan mereka pada apa yang
namanya kolaborasi.
Kolaborasi adalah salah satu cara dimana kita memenuhi
kaidah kita sebagai mahluk sosial, saling membutuhkan satu sama lain. kita
bukan mahluk yang sempurna, maka tak ada salahnya jika kita tidak menguasai
segala hal. Adalah fitrah kita untuk saling berkolaborasi dengan orang lain,
saling membantu di relung-relung yang tidak kita kuasai namun dikuasai dengan
baik oleh orang lain.
Bukankah telah banyak suara sumbang yang mengatakan bahwa
lulusan institusi ini adalah orang-orang individualis yang tidak mampu bekerja
sama dalam tim?
Tidak heran jika melihat kenyataan yang terjadi dalam
pendidikan di Institusi ini.
Tentang pihak yang selalu merasa benar? Menurutku dia
juga salah.
Karena ketika kita merasa paling benar, tanpa kita sadari
hati dan pikiran kita telah tertutup dari masukan atau pendapat dari orang
lain, yang mungkin saja memiliki nilai kebenaran lebih baik daripada milik
kita.
Ah, aku pun sebenarnya juga salah. Salah karena ikut
memikirkan tentang masalah ini.
Salah karena menyalahkan pihak-pihak yang lain
Salah karena aku merasa layak untuk ikut campur dalam urusan
ini.
Toh tugasku hanya mematuhi dan menjalankan apa perintah
dari para pendidikku.
Karena aku pada akhirnya akan menjadi robot-robot industri di masa depan. yang hanya bisa bergerak menjalankan perintah, tanpa hati.
Karena aku pada akhirnya akan menjadi robot-robot industri di masa depan. yang hanya bisa bergerak menjalankan perintah, tanpa hati.