Berbicara ,
untuk menyampaikan sesuatu.
Berkata,
untuk menyampaikan makna.
Bercerita,
untuk menyampaikan kisah.
Bergumam,
untuk menahan kesah.
Kalau kamu,
pilih yang mana?
Ingin cerita
tentang bagaimana kita berkomunikasi dengan orang lain. berkomunikasi untuk
membuat orang lain mengerti apa yang kita pikirkan. Menyampaikan gagasan agar
memiliki efek yang lebih besar daripada apabila kita pendam untuk diri sendiri.
Berbagi pemikiran untuk menguji dan memperkuat kerangka berpikir yang kita
miliki. Menambah sudut pandang dalam proses berpikir. Melihat masalah dari
berbagai subjek yang berbeda. Itulah beberapa fungsi dari komunikasi yang saya
ketahui.
Mungkin teman-teman
pembaca bisa menambahkan fungsi-fungsi lain dari komunikasi. Karena definisi
yang merupakan ciptaan manusia tidak memiliki suatu acuan yang baku, yang ada
acuan yang dibuat seolah-olah baku.
Bagaimana komunikasi
bisa menjadi kunci keberhasilan suatu hubungan?
Bagaimana komunikasi
bisa menghancurkan rumah tangga seseorang?
Dan bagaimana pula komunikasi bisa membuat dua
negara saling berperang?
Saya tidak
tahu jawabannya. Anda harus mencarinya sendiri. Cobalah berpikir barang
sedikit. Kan katanya manusia, toh yang membedakan kita dengan hewan hanyalah
kemampuan berpikir. Kalau anda tidak berpikir, apa bedanya dengan hewan?
Tulisan yang
bagus menurut saya adalah tulisan yang tidak mengekang pola imajinasi dari
pembacanya. Melainkan tulisan yang mampu membawa imajinasi pembacanya menyusupi
relung-relung terdalam dari alam khayal yang bahkan ia sendiri tidak pernah
datang ke relung itu.
Tetapi tidak
demikian dengan komunikasi. Komunikasi menuntut kesepahaman materi antara apa
yang ingin disampaikan pembicara dengan
apa yang dipahami oleh pendengar. Agar tujuan
komunikasi yang diharapkan dapat tercapai. Kegiatan belajar mengajar pun
sebenarnya merupakan suatu bentuk komunikasi. Dosen sebagai pembicara,
pelajaran sebagai materi, dan mahasiswa sebagai pendengar. Untuk menilai apakah
‘komunikasi’ antara dosen dan mahasiswa telah berlangsung dengan baik, maka
diadakanlah ujian yang dinamakan UTS atau UAS. Menguji seberapa paham pendengar
terhadap materi yang disampaikan pembicara.
Sayangnya prose
assessment semacam ini hanya dilakukan pada konteks komunikasi sebagai
pembelajaran. Bayangkan jika proses ini juga dilakukan pada beragam bentuk
komunikasi lain yang ada di dunia ini. Mungkin apa yang disebut kesalahpahaman
tidak akan ada lagi di muka bumi ini. Dan mungkin pula, pertanyaan-pertanyaan
di atas tidak perlu menemukan jawaban.
Xxxxxxxxxxxxxxx
Orang-orang
di lpj oskm semuanya berkesan. Pada pinter ngelawak semua sih. Emang yang
namanya mahasiswa harus sering-sering ketawa.