Pages

#21: sekedar kembali



Mencari rumah untuk sekedar kembali.

Kadang banyak tempat kita datangi. Melangkahkan kaki menyibak jalanan baru yang terhampar di depan. Orang-orang baru kita temui, beberapa membuat kita nyaman, beberapa mungkin belum membuat kita nyaman. Tantangan baru kadang melengkapi perjalanan itu, menambah jalan cerita jalan-jalan baru yang kita tempuh.

Selain itu, suasana baru kadang menambah khazanah imajinasi kita. Memberikan gambaran-gambaran baru pada sebuah ruang rupa. Memperkaya pengetahuan kita tentang apa dan siapa. Kadang bagaimana dan mengapa.

Perjalanan kadang memberikan definisi-definisi baru dari beragam kata. Entah mungkin kata keluarga, bahagia, sedih, teman, persahabatan, kerja keras, maupun berubah. Banyak definisi baru tentang kata-kata lain yang kita temukan dalam perjalanan.

Kembali pada perjalanan. Saya tidak ingin memberikan makna sempit pada kata perjalanan. Bukan hanya suatu kegiatan dari suatu tempat berpindah ke tempat lain, karena saya ingin menambahkan dimensi ruang dan waktu dalam definisi perjalanan itu. Kita yang berdiam diri di suatu tempat tetap sedang melakukan perjalanan, tapi dalam relung waktu.

Ketika kita melakukan perjalanan, pasti ada yang namanya pergi, tapi belum tentu ada yang namanya pulang. Perjalanan dalam dimensi waktu adalah salah satu bentuk perjalanan satu arah. Hanya ada pergi tidak ada kembali. Beberapa perjalanan lain mungkin ada yang bersifat seperti ini pula.

Ketika perjalanan kita bersifat satu arah, lalu bagaimana kita kembali pada keadaan semula? Keadaan dimana kita belum melakukan perjalanan tersebut. Keadaan dimana semuanya belum berubah, latar tempat, suasana, orang-orang, bahkan diri kita. Keadaan semula.

Beberapa pengelana akan kembali ke tanah asalnya setelah bertahun-tahun ia mengarungi lautan dan melangkahi gunung. Kembali ke tempat ia memulai semuanya. Begitu pun para petualang, juga perantau. Kembali untuk bertemu keluarga, bertemu tanah yang pernah dikenalnya, kembali ke pelukan hangat orang-orang yang mengenalnya.

Lalu, jika perjalanan kita hanya satu arah kemana kita harus pulang? Apakah kita hanya berdiam di tujuan kita. Menetap lalu membuang memori tentang rumah. Membangun kembali definisi rumah di tempat yang baru. Apakah demikian?

Mungkin bisa jadi.. tapi tetap saja pasti ada yang kurang.

Rumah adalah dimana kita bisa memutar kembali memori tentang masa kecil yang tersimpan dibalik dinding-dinding dingin rumah itu. Memberikan proyeksi masa lalu dari jendela-jendela yang tersorot sinar matahari pagi. Rumah adalah dimana kehangatan datang dari orang sekitar, bukan dari pemanas ruangan atau pun sinar matahari. Rumah adalah tempat dimana kesejukan berasal dari keramahan orang-orangnya, bukan dari semilir angin atau pun pendingin ruangan. Rumah, adalah dimana engkau bebas menitikkan air mata, menderai senyum, menuai tawa, dan melepas penat. Tempat dimana energimu akan terisi kembali secara otomatis, setelah sekian waktu merasakan penatnya berjalan dalam suatu perjalanan.

Beberapa orang memiliki definisi lain tentang pulang, tentang rumah, dan tentang perjalanan. Tergantung siapa, dimana, mengapa, dan bagaimana dia...

Tergantung kemana engkau ingin pulang, buatlah definisi rumah dari tujuan pulangmu itu. Karena sebenarnya rumah adalah tempat engkau sekedar kembali. Seperti semula.