Mencari rumah
untuk sekedar kembali.
Kadang banyak
tempat kita datangi. Melangkahkan kaki menyibak jalanan baru yang terhampar di
depan. Orang-orang baru kita temui, beberapa membuat kita nyaman, beberapa
mungkin belum membuat kita nyaman. Tantangan baru kadang melengkapi perjalanan
itu, menambah jalan cerita jalan-jalan baru yang kita tempuh.
Selain itu,
suasana baru kadang menambah khazanah imajinasi kita. Memberikan gambaran-gambaran
baru pada sebuah ruang rupa. Memperkaya pengetahuan kita tentang apa dan siapa.
Kadang bagaimana dan mengapa.
Perjalanan kadang
memberikan definisi-definisi baru dari beragam kata. Entah mungkin kata
keluarga, bahagia, sedih, teman, persahabatan, kerja keras, maupun berubah. Banyak
definisi baru tentang kata-kata lain yang kita temukan dalam perjalanan.
Kembali pada
perjalanan. Saya tidak ingin memberikan makna sempit pada kata perjalanan. Bukan
hanya suatu kegiatan dari suatu tempat berpindah ke tempat lain, karena saya
ingin menambahkan dimensi ruang dan waktu dalam definisi perjalanan itu. Kita yang
berdiam diri di suatu tempat tetap sedang melakukan perjalanan, tapi dalam
relung waktu.
Ketika kita
melakukan perjalanan, pasti ada yang namanya pergi, tapi belum tentu ada yang
namanya pulang. Perjalanan dalam dimensi waktu adalah salah satu bentuk
perjalanan satu arah. Hanya ada pergi tidak ada kembali. Beberapa perjalanan
lain mungkin ada yang bersifat seperti ini pula.
Ketika perjalanan
kita bersifat satu arah, lalu bagaimana kita kembali pada keadaan semula? Keadaan
dimana kita belum melakukan perjalanan tersebut. Keadaan dimana semuanya belum
berubah, latar tempat, suasana, orang-orang, bahkan diri kita. Keadaan semula.
Beberapa pengelana
akan kembali ke tanah asalnya setelah bertahun-tahun ia mengarungi lautan dan
melangkahi gunung. Kembali ke tempat ia memulai semuanya. Begitu pun para
petualang, juga perantau. Kembali untuk bertemu keluarga, bertemu tanah yang
pernah dikenalnya, kembali ke pelukan hangat orang-orang yang mengenalnya.
Lalu, jika
perjalanan kita hanya satu arah kemana kita harus pulang? Apakah kita hanya
berdiam di tujuan kita. Menetap lalu membuang memori tentang rumah. Membangun kembali
definisi rumah di tempat yang baru. Apakah demikian?
Mungkin bisa
jadi.. tapi tetap saja pasti ada yang kurang.
Rumah adalah
dimana kita bisa memutar kembali memori tentang masa kecil yang tersimpan
dibalik dinding-dinding dingin rumah itu. Memberikan proyeksi masa lalu dari
jendela-jendela yang tersorot sinar matahari pagi. Rumah adalah dimana
kehangatan datang dari orang sekitar, bukan dari pemanas ruangan atau pun sinar
matahari. Rumah adalah tempat dimana kesejukan berasal dari keramahan
orang-orangnya, bukan dari semilir angin atau pun pendingin ruangan. Rumah,
adalah dimana engkau bebas menitikkan air mata, menderai senyum, menuai tawa,
dan melepas penat. Tempat dimana energimu akan terisi kembali secara otomatis,
setelah sekian waktu merasakan penatnya berjalan dalam suatu perjalanan.
Beberapa orang
memiliki definisi lain tentang pulang, tentang rumah, dan tentang perjalanan. Tergantung
siapa, dimana, mengapa, dan bagaimana dia...
Tergantung kemana
engkau ingin pulang, buatlah definisi rumah dari tujuan pulangmu itu. Karena sebenarnya
rumah adalah tempat engkau sekedar kembali. Seperti semula.