19.30
Rumah makan padang, Simpang Dago
“Jadi kak, gue harus ngapain,” ujarku kepada seseorang yang
tengah asyik bergelut dengan sepiring nasi padang dihadapannya.
“Ya, itu terserah lo. Mau lo apaan emang?” jawabnya. Dia masih
asyik dengan ayam pop di piringnya. Jarang-jarang loh ada cewek makan nasi padang, langsung pake
tangan lagi.
“Gue bingung, kayaknya ini cuma sesaat doang deh.” ucapku sambil melanjutkan menyeruput jus alpukat di gelas.
“Sesaat kok sampe berbulan-bulan. Yaudah kalo gitu berenti. Gitu doang gampang, kok lo jadi ga jelas sih tiba-tiba."
"...." aku diam tidak menjawab.
"Eh bentar deh, coba-coba satu tambah dua berapa?" tanyanya tiba-tiba
"Apaan sih, ya tiga lah,"
"Hahaha bagus-bagus. Ngecek, kan biasanya kalo masalah ginian otak lo ga jalan."
"Eh iya juga ya."
Kami hening beberapa saat, sampai kemudian...
"Tau ga kalau sebenernya tiap orang yang hadir ke dalam kehidupan kita itu pasti ada fungsinya masing-masing. Ga ada yang cuma sekedar lewat gitu aja, pasti ada satu dua peranan yang dia mainkan dalam kehidupan kita. Entah itu peran besar maupun kecil, tapi yang pasti mereka memiliki andil dalam cerita besar kehidupan kita." ujarnya tiba-tiba.
"Kayak gue sekarang aja, kita ga kenal sebelumnya. Bahkan gue juga masih ga ngerti gimana ceritanya kita bisa kayak gini. Tapi gue yang ngeliat hal ini percaya emang udah ada takdir yang tertulis kalo jalan cerita kita bakal bersinggungan di titik ini." Dia melanjutkan. aku masih mendengarkan dengan sesekali melihat menyapu pemandangan jalan Simpang yang cukup padat malam itu.
"Pun dengan apa yang orang lain lakukan. Tugas mereka bukan cuma jadi tokoh utama di cerita kehidupan mereka sendiri, tapi mereka juga punya peran di cerita kehidupan orang lain. Entah itu sebagai protagonis, antagonis, atau figuran sekalipun. Tanpa figuran film Three Hundred ga bakal seru kan?" Tambahnya.
"Mungkin lo berpikir kalo semua cerita yang bikin lo bahagia bakal bikin semua orang bahagia, semua cerita yang bikin lo sedih bakal bikin semua orang sedih juga. Enggak, lo salah besar. Ga semua cerita yang menurut lo bahagia, bisa berarti bahagia juga buat orang lain. Enggak.
Karena apa, karena kita semua punya jalan cerita kita masing-masing.
Kita punya sudut pandang masing-masing
dan kita punya ini" Katanya sambil memegang paha ayam ke atas.
"Paha?" tanyaku.
"Enak deh ayamnya. Besok-besok makan disini lagi ah"
*Cerita ini bakal diupdate terus selama saya mood. jadi kalo mau baca lanjutannya feel free to comeback to this page*
"...." aku diam tidak menjawab.
"Eh bentar deh, coba-coba satu tambah dua berapa?" tanyanya tiba-tiba
"Apaan sih, ya tiga lah,"
"Hahaha bagus-bagus. Ngecek, kan biasanya kalo masalah ginian otak lo ga jalan."
"Eh iya juga ya."
Kami hening beberapa saat, sampai kemudian...
"Tau ga kalau sebenernya tiap orang yang hadir ke dalam kehidupan kita itu pasti ada fungsinya masing-masing. Ga ada yang cuma sekedar lewat gitu aja, pasti ada satu dua peranan yang dia mainkan dalam kehidupan kita. Entah itu peran besar maupun kecil, tapi yang pasti mereka memiliki andil dalam cerita besar kehidupan kita." ujarnya tiba-tiba.
"Kayak gue sekarang aja, kita ga kenal sebelumnya. Bahkan gue juga masih ga ngerti gimana ceritanya kita bisa kayak gini. Tapi gue yang ngeliat hal ini percaya emang udah ada takdir yang tertulis kalo jalan cerita kita bakal bersinggungan di titik ini." Dia melanjutkan. aku masih mendengarkan dengan sesekali melihat menyapu pemandangan jalan Simpang yang cukup padat malam itu.
"Pun dengan apa yang orang lain lakukan. Tugas mereka bukan cuma jadi tokoh utama di cerita kehidupan mereka sendiri, tapi mereka juga punya peran di cerita kehidupan orang lain. Entah itu sebagai protagonis, antagonis, atau figuran sekalipun. Tanpa figuran film Three Hundred ga bakal seru kan?" Tambahnya.
"Mungkin lo berpikir kalo semua cerita yang bikin lo bahagia bakal bikin semua orang bahagia, semua cerita yang bikin lo sedih bakal bikin semua orang sedih juga. Enggak, lo salah besar. Ga semua cerita yang menurut lo bahagia, bisa berarti bahagia juga buat orang lain. Enggak.
Karena apa, karena kita semua punya jalan cerita kita masing-masing.
Kita punya sudut pandang masing-masing
dan kita punya ini" Katanya sambil memegang paha ayam ke atas.
"Paha?" tanyaku.
"Enak deh ayamnya. Besok-besok makan disini lagi ah"
“Yee serius dulu
lah” ujarku sewot.
“Lo ngerti ga apa yang gue omongin barusan” ia
bertanya.
“Iya, ngerti kok.”
Jawabku.
“Apa emang?”
“Film three
hundred ga seru kalo ga ada figurannya kan” jawabku lagi.
“….. Pernah
ditabok pake piring bekas nasi padang ga lo?”
“Hahaha ampun
ampun.”
“Jadi gini..” dia
mengambil ancang-ancang untuk memulai babak kedua bagian nasehatnya.
“Gue termasuk
orang yang percaya kalo ga ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Semua yang
terjadi, gue yakin pasti karena emang udah ada suratan takdir yang menulis
tentang itu. Even ketika lo ketemu
pengamen di dalem angkot pun menurut gue itu udah takdir. Nah dari sana gue
jadi belajar kalo semua orang yang pernah hadir ke kehidupan gue pun pasti
punya fungsinya masing-masing. Bahkan mas-mas tukang parkir ind*maret yang
kayak ninja itu juga gue yakin mereka punya fungsi di kehidupan gue. Kalo gue ngerasa
itu ga ada fungsinya, gue yakin itu gara-gara gue belum tau apa fungsinya.
Belum, bukan ga ada.”
Aku masih
mendengarkan dengan sesekali memutar-mutar gelas jus alpukat yang kini sudah
kosong.
“Fungsi tiap-tiap
orang di kehidupan kita itu ga ditentuin dari seberapa lama orang itu ada di
kehidupan kita. Ya walaupun kalo makin lama chance
buat punya fungsi tertentu makin gede sih. Tapi satu hal lagi yang gue
pelajari, banyak orang yang cuma ketemu sekilas tapi pertemuan itu berhasil
ngubah kehidupan mereka segitu drastisnya. Ibaratnya tuh ada orang-orang yang
emang punya saklar buat gerakin jalan cerita kehidupan kita ke arah-arah
tertentu.”
“Lo tau Brian Epstein?”
Dia tiba-tiba menyebut nama yang sama sekali asing di telingaku.
Belum sempat aku
menjawab, dia sudah melanjutkan. Ya, pertanyaan itu hanya retorika.
“Doi punya toko musik
gitu di Liverpool. Satu hari ada pengunjung
yang nanyain album “My Bonnie” ke toko dia. Normal kan yang kayak gitu.
Pengunjung dateng ke toko terus nanya suatu barang ke penjualnya. Kayak hal
biasa aja yang ga ada spesial-spesialnya. Nah, tapi ternyata, cerita ini ga
berenti sampe situ doang. Si Brian yang penasaran sama band itu pun nonton
konser band ini di suatu klab. Dia yang amaze sama penampilan band milih buat
jadi manajer band itu. Abis itu dia nawarin rekaman band itu ke beberapa label,
ditolak-tolak mulu, sampe akhirnya ada satu label yang mau nerima mereka.
Lo tau apa nama band
ini? Dia bertanya, kali seperti mengharap ada jawaban keluar dari mulutku.
“Kangen band?” jawabku
sekenanya.
“……”
“iya ampun, gatau
gue.” Ya, daripada piring melayang kan.
“Band ini tuh alasan
terciptanya istilah British Invasion di
dunia musik Amerika.” Dia menambahkan.
“Oh gue tau! One
Direction!”
“Sigeblek, The Beatles
dasar”
“ooh iya maksud gue itu
tadi”
“Tau ah. Jadi gitu,
gimana dari seorang pelanggan yang nanya suatu rekaman, terus bikin si Brian
penasaran, terus akhirnya nonton konsernya, terus jadi manajernya, terus nyari
label rekaman, dapet label, sampe akhirnya jadi band yang terkenal kemana-mana.
Cerita yang aneh tapi nyata. Gimana satu orang, yang perannya kayak ga penting
ternyata jadi alasan cerita besar kehidupan orang lain berubah. Si pelanggan
ini yang gue maksud punya saklar buat memicu jalan cerita orang lain.”
Aku mengangguk-angguk
sambil mencoba memahami semua perkataannya.
“Intinya adalah, hal
sekecil apapun, oleh siapapun, akan berkontribusi ke jalan cerita hidup lo. Mau
itu cuma tukang gorengan, mau itu dosen, mau itu temen lo, pokoknya semua orang
yang ada di kehidupan lo, pasti punya peran mereka masing-masing. Lo gatau
siapa yang punya saklar buat ngidupin jalan cerita lo, makanya lo harus ngejaga
biar orang yang benar lah yang jadi saklar lo.
So, be nice to everyone
around you.”
*Cerita ini bakal diupdate terus selama saya mood. jadi kalo mau baca lanjutannya feel free to comeback to this page*
////////////////////
Jadi ceritanya saya akan berusaha menulis cerpen (lagi), meski saya tahu beberapa cerpen saya tidak ada yang rampung sampai sekarang.
seperti ini atau itu dan beberapa cerpen fiksi lain yang belum jelas kapan kelanjutannya dimuat. Jadi sebenarnya saya hobi menulis, tapi kebetulan menulis cerpen ini rada-rada menantang. soalnya ada entitas perasaan yang perlu dimainkan ketika kita menulis jenis tulisan ini. Kadang dapat ide cemerlang waktu lagi ngapain, eh waktu udah di depan laptop udah nguap idenya. Kadang lagi duduk di depan lapto, eh idenya ga keluar-keluar. Gitulah proses berpikir anak manusia yang satu ini. berhubungan saya perlu ide, kalo kalian yang ga sengaja baca tulisan ini pengen berkontribusi untuk membantu saya menemukan ide bisa banget tuh kita ngobrol-ngobrol, kenalan,baru abis itu digas. eh enggak ding. maksudnya kalian bisa banget kasih ide tentang apapun biar saya bisa memperkaya khazanah perceritaan saya, halah.
Jadi ceritanya saya akan berusaha menulis cerpen (lagi), meski saya tahu beberapa cerpen saya tidak ada yang rampung sampai sekarang.
seperti ini atau itu dan beberapa cerpen fiksi lain yang belum jelas kapan kelanjutannya dimuat. Jadi sebenarnya saya hobi menulis, tapi kebetulan menulis cerpen ini rada-rada menantang. soalnya ada entitas perasaan yang perlu dimainkan ketika kita menulis jenis tulisan ini. Kadang dapat ide cemerlang waktu lagi ngapain, eh waktu udah di depan laptop udah nguap idenya. Kadang lagi duduk di depan lapto, eh idenya ga keluar-keluar. Gitulah proses berpikir anak manusia yang satu ini. berhubungan saya perlu ide, kalo kalian yang ga sengaja baca tulisan ini pengen berkontribusi untuk membantu saya menemukan ide bisa banget tuh kita ngobrol-ngobrol, kenalan,